Minggu, 22 November 2020 pukul 19.30
Diskusi online dari divisi konseling tersebut menghadirkan pemateri Ibu Ferra Puspito Sari, M. Pd. dan dipandu oleh moderator Mba Tazkiya Mardiya.
Dalam diskusi malam itu membahas tentang inklusi di era digital yang memudahkan segala hal dengan teknologi digital, seperti bidang pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, perbankan, dan marketing.
Inklusi sifatnya terbuka untuk siapa saja sehingga semua orang bisa mengaksesnya (difabel dan non difabel)
Teknologi dapat membantu dan mempengaruhi inklusi sosial.
Teknologi dapat membantu dalam kemandirian dengan kemudahan akses di handphone teman-teman difabel.
Ada fitur dan videocall, teleconference, screenreader yang membawa perubahan.
Juru bahasa isyarat untuk memberikan pemahaman kepada difabel masih diperlukan.
Tingkat aksesibilitas digital website dan aplikasi di Indonesia: Netra (buta total), lowvision (masih bisa melihat dengan intensitas cahaya rendah).
Socmed: Facebook, Instagram, Twittwer, dan lainnya.
Aksesibilitas desain data: kontras, palet (warna), background, monokromatis vs pattern, font, kata dan bahasa, alt teks/deskripsi.
Belanja online juga bisa diakses difabel dengan bantuan pembaca layar.
Aksesibilitas digital:
Aksesibilitas dipikirkan pada desain awal dengan pendekatan inklusi agar lebih inklusif/terbuka untuk semua orang.
Libatkan difabel dalam uji coba laman/aplikasi agar sesuai target.
Sederhanakan bahasa untuk semua kalanngan.
Kontras warna: latar belakang yang harus diakomodasi/dinikmati difabel.
Sertakan deskripsi agar tidak membingungkan.
Teks subtitle pada video.
Gunakan HTML native: dibangun dengan bahasa pemrograman.
Perkembangan teknologi digital diimbangi aksesibilitas dalam pemanfaatannya untuk mencapai Indonesia inklusi ramah disabilitas.
Mulai ubah mindset tentang inklusif (semua tanpa diskriminasi)
Komentar
Posting Komentar